Selasa, 26 Oktober 2010

BAB I PKL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Studi Kimia di Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY. Berdasarkan kurikulum yang ada di dalamnya untuk memberikan bekal dan pengalaman sebelum lulusan benar-benar terjun di lapangan (industri/instansi atau lembaga lain). Dengan adanya PKL, diharapkan mendapatkan pengalaman tentang bagaimana cara membuat, mengolah, dan menganalisis bahan-bahan dalam industri kimia, serta memberikan gambaran tentang penerapan ilmu kimia yang diperoleh selama studi.
Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta ini dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta ini dilaksanakan selama 2 minggu pada tangga 14-28 Februari 2009. Pelaksanaan PKL yang mempunyai bobot mata kuliah 2 SKS ini perlu bekerja sama dengan industri-industri/instansi yang memenuhi syarat yang relevan dengan program studi kimia, salah satunya yaitu Balai Laboratorium Kesehatan Ngadinegaran Yogyakarta.
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta merupakan Unit Pelaksanaan Teknik Dinas Kesehatan di lingkungan Pemda Propinsi D.I Yogyakarta. Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta bertugas merencanakan dan melaksanakan penyediaan sarana dan prasarana, mengelola sarana dan prasarana melalui kegiatan pemeliharaan peralatan, melayani pemeriksaan klinis dan atau medis, melayani pemeriksaan kesehatan masyarakat, individu, dan institusi, melayani pengujian hygiene sanitasi, menyelenggarakan pembinaan laboratorium kesehatan, menyelenggarakan kerjasama pelatihan, melayani konsultasi bidang kesehatan yang berkaitan dengan hasil laboratorium dan melaksanakan ketatausahaan.
Di dalam pelaksanaannya, mahasiswa PKL melakukan praktik kerja yaitu pembuatan media. Pembuatan media ini digunakan untuk sarana penyediaan sampel atau untuk uji sampel dan sebagai bahan untuk penyedia reagen dalam bidang mikrobiologi misalnya digunakan untuk pengecatan bakteri dan pengidentifikasian bakteri. Media yang telah jadi selanjutnya digunakan untuk tiap-tiap sampel sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing bidang, di dalam Balai Laboratorium.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah antara lain :
1. Instrumen laboratorium yang digunakan.
2. Pembuataan media untuk pengujian sampel.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat dibatasi masalah antara lain :
1. Instrumen yang digunakan seperti Auto Clave, Oven pensteril, BSC, Inkubator, VITEK, dan lain-lain.
2. Media yang dibuat antara lain : LTB Single Streng, LTB Triple Streng, Phenoltrot-Bocillon, Malonate Broth, BP, MC, PCA, Nutrien Agar, Tryptone Soya Agar, Gula-gula glukosa, Blood Agar Base.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah antara lain :
1. Bagaimana cara menggunakan instrumen dalam pembuatan media ?
2. Bagaimana cara pembuatan media ?
E. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan bertujuan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan langsung di industri, yaitu di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan program Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa dapat :
a. Mendapatkan keterampilan dalam mengoperasikan instrumen laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
b. Mendapatkan wawasan tentang tata cara pembuatan media dengan baik dan benar.
F. Manfaat PKL
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan baik mahasiswa maupun lembaga pendidikan, yaitu :
1. Bagi mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang yang sesuai dengan program studi kimia.
b. Mengetahui informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan industri.
c. Memperoleh dan mendapatkan relasi (hubungan kerja) baik dengan suatu industri maupun instansi dan lembaga.


2. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Terjadinya hubungan baik antara Program Studi Kimia khususnya dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY pada umumnya dengan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, sehingga memungkinkan kerjasama ketenagakerjaan dan bentuk kerjasama lainnya.
b. Mendapatkan umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga selalu dapat mengikuti perkembangan dunia industri.
3. Bagi Balai Laboratorium
a. Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan, melalui mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL.
b. Menjalin hubungan baik dengan lembaga pendidikan, khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY.
c. Meningkatkan mutu dan citra Balai Laboratorium di wilayah, propinsi, bahkan internasional.
d. Menumbuhkembangkan potensi dan kualitas karyawan dalam bidang pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Profil Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta adalah instansi pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah Propinsi DIY berdiri sejak tanggal 25 Januari 1950 merupakan laboratorium Tipe A.
Sejak berlakunya otonomi daerah Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang sebelumnya merupakan UPT Departemen Kesehatan diserahkan kepada Pemerintah Daerah Propinsi DIY merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi DIY.
1. Sejarah
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta pada awalnya Laboratorium Assaineering DIY yang berada di bawah Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tanggal 25 Januari 1950 laboratorium ini menerima secara resmi gabungan bagian Kimia Laboratorium Pusat Klaten dan disebut Laboratorium Umum atau Laboratorium Kesehatan Yogyakarta (SK Kem.Kes. Nomor : 126/Secr. Dj/64 tanggal 25 Januari 1950) beralamat di Polowijan, Ngasem, Yogyakarta, memiliki bagian Kimia (termasuk hortus Medicus di Tawangmangu), bagian Bakteriologi, Bagian Serologi dan bagian Kesehatan Teknik dipimpin oleh Prof. Dr. Sardjito.
Pada tanggal 1 Januari 1952 nama Laboratorium diubah menjadi Laboratorium Kesehatan Daerah Yogyakarta (Labkesda) menunjuk wilayah kerja yang meliputi Daeraah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Selatan oleh M. Soepadi Sastrodarsono dan supervisor Prof. Dr. Sardjito (SK Kem.Kes. Nomor : 888/UK/III, tanggal 24 Februari 1952). Pada bulan Agustus 1952 bagian Kimia, bagian Bakteriologi dan Serologi pindah menempati lokasi di Jl. Malioboro 16 Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Juli 1953 bagian Kesehatan Teknik bergabung dengan Laboratorium Ilmu Kesehatan Teknik Bandung. Sejak 1 Maret 1960 Laboratorium Kesehatan Daerah menempati bekas Dalem Ngadinegaran MD.VII/48 Yogyakarta atau sekarang Ngadinegaran MJ.II/62 Yogyakarta bersama dengan Sekolah Penjenang Kesehatan Tingkat F (SPKF).
Pada bulan Juni 1974 nama Laboratorium Kesehatan Daerah berubah menjadi Laboratorium Kesehatan Yogyakarta pada tanggal 28 April 1978, Laboratorium Kesehatan Yogyakarta berubah menjadi Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta (SK Men.Kes.RI Nomor:142/Menkes/SK/IV/1978) sesuai Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, maka Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang semula Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikelola oleh pusat melalui Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi DIY diserahkan kepada Pemerintah Propinsi DIY. Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta adalah Balai Laboratorium Kesehatan yang merupakan Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) di lingkungan Pemda Propinsi DIY yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta Propinsi DIY.
Periode Kepemimpinan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta :
a. Tahun 1950 – 1951 : Prof. Dr. Sardjito
b. Tahun 1952 – 1961 : M. Soepandi Sastrodarsono
c. Tahun 1962 – 1963 : R. Noerudin
d. Tahun 1964 – 1968 : R.M Jatman
e. Tahun 1969 – 1992 : Dr. Soetrisno Eram, MPH
f. Tahun 1993 – 1998 : Dr. Dradjat Nenrosuwito, M.Sc
g. Tahun 1999 – 2000 : Dr. Harundiyo, MPH
h. Tahun 2000 – 2001 : Dr. Bambang Sugiarto, MPHM, DTMH.
i. Tahun 2003 – 2005 : Dr. M. Kristi Indrati S
j. Tahun 2005 – 2006 : Dr. Sri Sudardjijah
k. Tahun 2007 – sekarang : Drg. H.M. Taufig AK, M.Kes
2. Visi, Misi, Tujuan
a. Visi
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta sebagai pusat pelayanan laboratorium dan laboratorium rujukan berkualitas mendukung terbentuknya masyarakat sehat.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan secara profesional, terjangkau semua lapisan masyarakat.
2) Menerapkan sistem mutu laboratorium.
3) Berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
4) Berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan.
5) Mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Tujuan
1) Meningkatkan kualitas pelayanaan pemeriksaan laboratorium sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat, cepat, akurat, dapat menunjang ketepatan diagnosa dan dapat memberikan kepuasan pelanggan.
2) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan sehingga mudah diterima oleh masyarakat, terjangkau dan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.
3) Meningkatkan kesehatan masyarakat.
4) Meningkatkan kualitas cakupan pembinaan sehingga dapat memberikan pembinaan secara profesional serta meningkatkan SDM tenaga kesehatan yang berkualitas.
5) Meningkatkan penelitian yang didukung SDM profesional yang berpengalaman.
3. Fungsi dan Tugas Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
Sesuai Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 160 Tahun 2002 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Propinsi DIY. Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta mempunyai fungsi dan tugas, sebagai berikut :
a. Fungsi
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai unsur pelaksana operasional sebagian kewenangan dinas dalam bidang pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat melalui kegiatan pemeriksaan laboratorium dan kegiatan rujukan.
b. Tugas
Merencanakan dan melaksanakan penyediaan sarana dan prasarana.
1) Mengelola sarana dan prasarana melalui kegiatan pemeliharaan peralatan.
2) Melayani pemeriksaan klinis atau medis.
3) Melayani kesehatan masyarakat individu dan institusi.
4) Melayani pelayanan higiene sanitasi.
5) Menyelenggarakan pembinaan laboratorium kesehatan.
6) Menyelenggarakan kerjasama pelatihan.
7) Melayani konsultasi bidang kesehatan yang berkaitan dengan hasil laboratorium.
8) Melaksanakan ketatausahaan.
4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta terdiri :
a. Kepala Balai Laboratorium Kesehatan
b. Sub bagian tata usaha
c. Kelompok jabatan fungsional
d. Seksi mikrobiologi dan imunologi
e. Seksi kimia kesehatan
f. Seksi patologi
g. Seksi media dan reagensia
5. Kemampuan Pemeriksaan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
a. Seksi Mikrobiologi dan Immunologi
1) Bakteriologi
a) Identifikasi mikroorganisme (anaerob atau aerob) secara mikroskopik, biakan maupun percobaan hewan.
b) Tes kepekaan (resistensi).
c) Angka kuman, pemeriksaan infeksi nosokomial.
d) Pemeriksaan bakteriologik air, makanan dan minuman, bahan obat, kain kasa.
e) Pemeriksaan bakteriologik keracunan makanan (dari bahan makanan dan minuman, muntahan, darah, tinja, dan air bersih).
2) Parasitologi
a) Identifikasi parasit dari preparat langsung (amuba, cacing, plasmodium malaria, trikomonas, jamur, dll)
b) Biakan dan tes kepekaan (jamur, larva cacing, dll).
3) Virologi
a) Isolasi dan identifikasi enterovirus (polio, echo, coxsackie) dengan biakan jaringan.
b) Identifikasi flu burung (AI) secara PCR (Polymerace Chain Regetion).
4) Immunologi
a) Pemeriksaan antibodi terhadap jasad renik (widal, VDRL, pes, toxoplasma, dll).
b) Pemeriksaan anttibodi terhadap virus (dengue, hepatitis, HIV, dll).
c) Pemeriksaan antibodi lain (AFC, ASTO, CRP, RF, dll).
b. Seksi Patologi
1) Hematologi
a) Hematologi rutin, hematologi lengkap.
b) Morfologi sel-sel darah.
c) Pemeriksaan fungsi koagulasi, hemostatis, bank darah.
d) Pemeriksaan LE sel.
2) Kimia klinik
a) Kimia darah, cairan tubuh, LCS, tinja, kolesterol, trigliserida, protein.
b) Enzim SGOT/PT/AP, CPK, CKMB, LDH.
c) Hormon T3 dan T4.
d) Elektrolit.
e) Urinalisasi lengkap.
f) Analisis sperma.
g) Analisis batu saluran kemih.
3) Medikal Forensik
Memeriksa sempel dari hasil otopsi untuk mengetahui penyebab kematian pasien bekerjasama dengan kepolisian dan RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta.
c. Seksi Kimia Kesehatan
1) Toksikologi
a) Pemeriksaan toksikologi logam berat dalam spesimen manusia.
b) Toksikologi obat dalam spesimen manusia (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat aditif lainnya.
2) Kimia Lingkungan
a) Pemeriksaan kimia organik atau anoganik terhadap kualitas air minum, air bersih, air kolam renang, air limabah.
b) Pemeriksanaan kualitas makanan, minuman dan bahannya.
d. Seksi Media dan Reagensia
Untuk mendukung kebutuhan media dan reagensia Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta memiliki Seksi Media dan Reagensia dengan kegiatan :
1) Membuat media dan reagensia yang rutin digunakan untuk kebutuhan pemeriksaan seksi Mikrobiologi dan Seksi lainnya.
2) Melaksanakan uji coba laboratorium dengan menggunakan hewan percobaan.
3) Pembuatan Cat Ziehl Neelsen.
4) Melaksanakan pencucian dan sterilisasi alat-alat gelas atau glassware untuk keperluan rutin.
5) Menyediakan hewan percobaan untuk keperluan penelitian.
6. Peningkatan Mutu Pelayanan
Dalam upaya untuk memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium yang berkualitas sesuai kebutuhan masyarakat dan berorientasi pada kepuasan pelanggan, maka Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta sejak tahun 2005 telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK) berdasarkan SK Menkes No. 943 tahun 2002 dan mendapatkan status Akreditasi Penuh sesuai SK Dinas Kesehatan Propinsi DIY tanggal 14 Januari 2006 No. 445/0299/IV.2.
Disamping itu Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta saat ini dalam persiapan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional sesuai standard ISO 17025 tahun 2005 yang diharapkan pada tahun 2007 sudah memperoleh Sertifikat Akreditasi dari KAN.


7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut :
Luas tanah 10.485 m2
Luas bangunan 159,5 m2
Gedung kantor 1.241,5 m2
Gedung laboratorium 728,3 m2
Tempat ibadah 72 m2
Instalasi listrik 19,5 m2
Kandang 170 m2
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
8. Sumber Daya
Jumlah tenaga Balai Lanoratorium Kesehatan Yogyakarta sebanyak 77 orang terdiri dari :
a. Tenaga Teknis Laboratorium : 39 orang
b. Tenaga administrasi/non teknis : 38 orang
Kondisi Ketenagaan berdasarkan pendidikan :
a. Pendidikan Bidang Kesehatan 44 orang terdiri dari :
1) S2/Spesialis : 1 orang
2) S2 : 4 orang
3) S1 : 10 orang
4) Akademi (D3) : 16 orang
5) SMAK : 13 orang
b. Pendidikan non Kesehatan 33 orang terdiri dari :
1) S1 : 4 orang
2) Akademi (D3) : 2 orang
3) SMU : 9 orang
4) SMEA : 3 orang
5) STM : 3 orang
6) KPAA : 2 orang
7) SLTP : 3 orang
8) SD : 7 orang
9. Aspek Teknis
a. Alur sampel
Sampel diterima kemudian masuk ke sub seksi yang bersangkutan, dilakukan preparasi sampel (penyimpanan, pengawetan, dan pengerjaan), analisa hasil. Hasil diberikan kepada kepala urusan data pengetikan, kepala seksi pengetikan, kepala seksi pengecekan, kepala seksi atau kepala BLK, kepala urusan data pengarsipan. Kemudian hasil diberikan kepada pengirim sampel.
b. Keselamatan kerja
Maksud dan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari pekerjaan baik bagi petugas maupun orang lain, bahkan lingkungan serta menghindari kerusakan alat sebagai akibat dari kelalaian petugas.
1) Pembuatan tanda-tanda bahaya
2) Kotak P3K
3) Alat pemadam kebakaran
4) Pemakaian jas praktik, sarung tangan, dan masker
5) Sterilisasi meja kerja
6) Pencegahan alat-alat gelas dilakukan terlebih dahulu dengan merendamnya di dalam larutan antiseptik
7) Bekerja sesuai protap.
c. Pengolahan limbah laboratorium
Untuk limbah cair yang sifatnya infeksius diberi desinfektan terlebih dahulu baru dibuang ke saluran pembuangan limbah selanjutnya dilakukan pengolahan limbah lebih lanjut dengan cara aerosi, apabila limbah cair sudah aman selanjutnya dilarikan ke saluran lingkungan.
d. Pemantapan mutu atau Quality Control
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta telah melakukan kewajibannya dalam upaya mempertahankan mutu pelayanan berupa kegiatan pemantapan mutu internal dan eksternal.
1) Pemantapan Mutu Internal (PMI)
a.) Pemantapan Mutu Internal Mikrobiologi dan Immunologi meliputi :
(1) Pemantauan suhu almari es, inkubator, deepfreezer, waterbath.
(2) Penyertaan bahan atau strain kuman untuk kontrol kualitas pemeriksaan.
(3) Uji kualitas media reagensia dan zat warna.
(4) Pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat laboratorium seperti miro elisa, sentrifuge, almari es.
(5) Pemantauan sterilitas ruang pemeriksaan secara rutin.
b.) Pemantapan Mutu Internal Kimia Kesehatan meliputi :
(1) Pencatatan atau pemantauan suhu almari es.
(2) Kalibrasi turbidimetri.
(3) Kalibrasi alat GC.
(4) Kalibrasi alat AAS.
c.) Pemantapan Mutu Internal Patologi meliputi :
(1) Pencatatan atau pemantauan suhu almari es.
(2) Kalibrasi fotometer.
(3) Pemeriksaaan gula.
(4) Pemeriksaan SGOT.
(5) Pemeriksaan SGPT.
(6) Pemeriksaan Kreatin.
(7) Pemeriksaan Ureum.
(8) Pemeriksaan suhu refrigator.
(9) Pemeriksaan Kolestrol
d.) Pemantapan Mutu Internal Media dan Reagensia meliputi :
(1) Monitoring suhu oven.
(2) Monitoring suhu autoclave.
(3) Monitoring suhu refrigator.
(4) Monitoring alat BSC.
(5) Uji kualitas media dengan kuman kontrol positif dan negatif.
2) Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
a.) Pemantauan Mutu Eksternal Mikrobiologi Biakan dan Kepekaan. Jumlah peserta 59 laboratorium yang terdiri dari 25 BLK di Indonesia, 33 laboratorium RS di Indonesia dan 1 laboratorium FKUI di Jakarta. Kegiatan tersebut selama tahun 2002 dilaksanakan 1 periode dengan penilaian dan evaluasi dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan feedback dikirim ke Dines Prop. DIY dan ke Ditlabkes sebagai laporan.
b.) Pemantauan Mutu Eksternal Regional (PMER) meliputi :
(1) PMER-Urinalisa dengan peserta sebanyak 40 laboratorium Puskesmas Kab/Kota dilaksanakan 1 periode.
(2) PMER-Kimia Klinik dengan peserta sebanyak 60 terdiri dari 54 laboratorium RSU di DIY dan Jawa Tengah dan 6 laboratorium RS Swasta di Yogyakarta dilakukan 1 periode.
(3) PMER-TB, malaria dan telur cacing dengan peserta 70 laboratorium Puskesmas dan Rumah Sakit Kab/Kota di Propinsi DIY dilakukan 1 tahap.
(4) PMER-Pemantapan Kualitas Air dengan peserta sebanyak 15 laboratorium dan dilakukan 1 periode.
Disamping sebagai penyelenggara, BLK Yogyakarta juga sebagai peserta Pemantapan Mutu Nasional dan Internasional sebagai berikut :
a. Nasional
1) Pemantapan Mutu Bidang Immunologi yaitu HBs Ag, Anti HIV, VDRL, dan Widal.
2) Pemantauan Mutu Bidang Toksikologi dan Kimia Air.
3) Pemantauan Mutu Bidang Kimia Klinik dan Hematologi.
b. Internasional
Pemantapan Mutu Bidang Mikrobiologi dan Immunologi yaitu isolasi virus campak oleh CDC di Atlanta serta IgM Campak dan IgM Rubella oleh WHO SEARO India-Australia.
10. Disiplin Kerja di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
Jam kerja di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta meliputi :
a. Pukul 07.45 sampai 13.30 (Hari Senin-Kamis).
b. Pukul 07.45 sampai 11.00 (Hari Jumat).
c. Pukul 07.45 sampai 12.00 (Hari Sabtu).
B. Media
Metode laboratorium langsung seperti mikroskopi memberikan informasi awal tentang bakteri yang menyebabkan sebuah penularan penyakit tetapi pertumbuhan bakteri biasanya dibutuhkan suatu pengenalan dan mempraktikkan pengolahan bakteri yang mempunyai tiga tujuan utama :
1. Untuk menumbuhkan dan memisahkan semua bakteri yang ada dalam sebuah penularan penyakit.
2. Untuk membedakan dari bakteri yang tumbuh yang hampir semua disebabkan penularan penyakit dan pencemar atau koloni.
3. Untuk mendapatkan pertumbuhan bakteri yang cukup relevan secara klinis agar bisa diidentifikasi dan dikarakterisasi.
Untuk menumbuhkan suatu organisme diperlukan suatu substrat makanan yang biasa disebut media yang mengandung unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh jasad tersebut. Unsur-unsur makanan itu dapat berupa garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik seperti protein, pepton, asam-asam amino, dan vitamin-vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan. Bahan-bahan nutrien yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam laboratorium disebut kultur media.
C. Fungsi Media
Media di Laboratorium Mikrobiologi bukan hanya merupakan “makanan” untuk pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir, akan tetapi juga mempunyai fungsi khusus yaitu :
1. Isolasi bakteri dari populasi mikroorganisme campuran.
2. Diferensiasi kelompok-kelompok bakteri berdasarkan kenampakan makroskopis koloni dan reaksi-reaksi biokimiawi di dalam media.
3. Perhitungan jumlah bakteri.
4. Uji zat-zat yang disintesis secara alamiah, misalnya : antibiotik, vitamin, dan produk-produk fermentasi.
5. Karakteristik dan identifikasi bakteri melalui kemampuannya menghasilkan perubahan-perubahan kimiawi pada media yang berbeda.
D. Klasifikasi-klasifikasi Media dan Fungsi-fungsi
Media dikategorikan berdasarkan fungsi dan kegunaannya. Dalam diagnosa bakteri terdapat empat kategori umum dari media : pengayaan, pendukung, selektif, dan perbedaan.
Media pengayaan terdiri dari persyaratan nutrisi khusus untuk pertumbuhan dari bakteri patogen khusus yang mungkin diberikan sendiri atau dengan bakteri spesies lain dalam jenis yang sama. Jenis media ini digunakan untuk memperkaya pertumbuhan dari sebuah bakteri patogen khusus dari sebuah pencampuran mikroorganisme dengan menggunakan nutrisi khusus.
Media pendukung terdiri dari makanan bergizi yang mendukung dari kebanyakan organisme bukan pemilih tanpa memberikan keuntungan pada pertumbuhan organisme. Media selektif terdiri dari satu atau lebih agen dimana merupakan penghambat semua organisme-organisme kecuali yang telah ditemukan. Dengan kata lain, media ini memilih tumbuh dari bakteri lain yang dirugikan. Agen-agen penghambat digunakan untuk tujuan ini termasuk warna celupan, garam air empedu, alkohol, cuka, dan antibiotik. Sebuah contoh dari sebuah mesia selektif adalah fenil etil alkohol.
E. Jenis-jenis Media
1. Berdasarkan konsistensinya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media padat, yaitu media yang berbentuk padat.
Contoh : media kentang, nasi, wortel, dan lain-lain.
b. Media cair, yaitu media yang berbentuk cair.
Contoh : media susu, nutrient broth (bouilon daging), glukosa pepton, dan lain-lain.
c. Media semi padat, yaitu media yang dapat berbentuk padat apabila suhunya dingin, dan dapat berbentuk cair apabila suhunya panas. Media ini merupakan media yang dibubuhi atau ditambah agar-agar sebagai bahan pemadat.
2. Berdasarkan komposisi/susunannya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media sintesis, yaitu media yang dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya.
Contoh : Bushnel-Hazs yang terdiri dari : 1000 mL air suling, 0,2 gram MgSO4, 0,002 gram CaCl2, 1 gram KH2PO4, 1 gram NH4NO3, 2 tetes larutan FeCl3.
b. Media non sintesis, yaitu media yang tidak dapat diketahui susunan kimianya , merupakan bahan-bahan alami seperti kentang, nutrien kaldu, telur, dan lain sebagainya. Media sintesis dan non sintesis dapat dirancang untuk penggunaan khusus seperti :
1) Isolasi suatu mikroorganisme.
2) Diferensiasi mikroorganisme.
3) Penamaan mikroorganisme.
Ada juga media makanan yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami dan bahan sintetik, misalnya tauge agar yang terdiri dari : taoge 100 gram, sukrosa 60 gram, air suling 1000 mL, dan agar-agar 15 gram diekstraksi bersama-sama.
3. Berdasarkan sifatnya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media Umum, yaitu media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bermacam-macam mikroba.
b. Media Khusus, yaitu media yang hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan satu macam mikroba.
Contoh : Endoagar, yaitu suatu media khusus yang digunakan untuk menumbuhkan Eschericia coli. Dalam endoagar sebenarnya dapat tumbuh bakteri lain, akan tetapi dengan melihat warnanya, dapat diketahui Eschericia coli yang berwarna kuning merah seperti warna emas.
c. Media Eksklusif, yaitu media yang hanya dapat tumbuh pada satu jenis bakteri, sedang bakteri lain akan mati.




4. Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media selektif
Media ini memberi nutrien yang cukup untuk pertumbuhan satu mikroba dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diharapkan yang juga dapat tumbuh pada media ini.
Contoh : Sabouroud’s glucose agar, mempunyai derajat keasaman (pH) 5,6 digunakan untuk mengisolasi fungsi.
b. Media diferensial
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu dan dapat membedakan berbagai macam jenis mikroba.
c. Media penguji (Assay media)
Media ini digunakan untuk pengujian viamin-vitamin, asam-asam amino, dan antibiotik.
d. Media untuk perhitungan bakteri
Media ini digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam suatu bahan.
Masih banyak lagi tipe-tipe media lain, seperti “Maintainance Media”, semi solid media, dan lain-lain. Berikut ini contoh media selektif dan media differensial yang sering digunakan di dalam laboratorium mikrobiologi.
1) Agar-darah (blood agar)
Agar darah merupakan media differensial yang digunakan untuk membedakan beberapa bakteri patogen, misalnya Streptococcus. Media ini dibubuhi darah, sehingga kelihatan berwarna coklat kemerah-merahan dan digunakan sebagai sumber pertumbuhan bagi bakteri patogen. Bakteri juga dapat dibedakan berdasarkan kemampuannya untuk melakukan hemolisis pada sel-sel darah.
2) Endoagar
Endoagar adalah media padat (solid planting media) yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang hidup di usus. Media ini mengandung natrium sulfit dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi dengan asetildehida dan natrium sulfit.
3) EMB (Eosin Metylene Blue)
EMB merupakan media differensial berbentuk padat yang dapat digunakan untuk menggantikan mac conkey agar dan untuk mengadakan isolasi serta mendeteksi Enterobacteriaceae dan campuran spesies-spesies bakteri yang berbentuk batang koliform. Eosin dan Metylene Blue berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Eosin dan Metylene Blue ini juga dapat berperan sebagai indikator produksii asam.
4) Mac Conkey Agar
Media ini merupakan media padat yang digunakan untuk seleksi dan penumbuh Enterobacteriaceae dan bakteri gram negatif yang berbentuk cabang. Garam-garam empedu dan kristal-kristal violet di dalam media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.
5) Mannitol Salt Agar
Mannitol salt agar merupakan media yang mengandung 7,5% NaCl yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri selain Steptococcus. Media ini juga mengandung mannitol, fenol merah sebagai indikator pH, berguna untuk mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh Streptococcus yang menfermentasi mannitol.

6) Selenite Broth
Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies Salmonella dari spesimen-spesimen seperti urin dan feses. Sodium selenit merupakan inhibator terhadap Eschericia coli dan beberapa spesies dari Shigella.
7) Gram Negative Broth (GN Broth)
Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella.
8) DCA (Deoxycholate Citrate Agar)
Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies-spesies Enterobactericeae dari kultur campuran. Media ini mengandung konsentrasi garam-garam empedu (sodium desoxycholats) tiga kali lebih banyak dari garam-garam empedu yang terdapat di dalam mac conkey agar.
9) TCI (Triple Sugar Iron Agar)
Media ini digunakan untuk membedakan general Enterobactericeae berdasarkan pola fermentasi dan penghasilan hidrogen sulfida. Untuk pengamatan pola fermentasi menggunakan karbohidrat.
Perbedaan media menggunakan beberapa faktor (faktor-faktor yang membiarkan koloni-koloni dari satu jenis bakteri) untuk membandingkan metabolisme bakteri tertentu atau karakteristik bakteri dalam pemeliharaannya sehingga dapat digunakan untuk membagi bakteri dari pertumbuhannya. Salah satunya adalah menggunakan medium agar Mac Conkey. Medium ini dapat membedakan aantara bakteri gram negatif yang dapat dan tidak dapat memfermentasikan gula laktosa. Selain sebagai media pertumbuhan, agar Mac Conkey dapat digunakan sebagai media selektif. Media ini tidak akan membantu pertumbuhan bakteri gram positif. Contoh lainnya adalah agar domba. Agar ini pada umumnya digunakan sebagai media pendukung untuk diagnosa bakteri karena membiarkan organisme lain tumbuh disitu. Agar ini berbeda dengan yang lain karena muncul penampakan dari koloni-koloni yang memproduksi spesies bakteri tertentu sehingga sudah siap untuk dibagi.
5. Kebutuhan Makanan Bergizi
Bakteri mempunyai sejumlah besar kebutuhan-kebutuhan makanan bergizi termasuk gas, air, ion-ion, nitrogen, sumber karbon, dan energi. Selanjutnya dua kebutuhan hampir pada umumnya disediakan oleh karbohidrat-karbohidrat (contohnya : gula dan turunan-turunannya) dan protein.
6. Konsep-Konsep Umum dari Pemeliharaan Media
Karena bakteri patogenik mempunyai kebutuhan makanan bergizi, beberapa jenis media pemeliharaan telah dikembangkan untuk digunakan dalam mikribiologi diagnosis. Bakteri yang dibutuhkan itu dapat dikatakan pemilih. Dengan pilihan lain, kebutuhan makanan bergizi secara klinis biasanya dasar dan sederhana. Bakteri ini dianggap tidak pemilih.
7. Fase-Fase dari Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan yang digunakan terdiri dari dua fase, yaitu cairan (kaldu) dan padat (agar). Dalam beberapa kondisi (seperti, metode-metode pemeliharaan darah) media yang digunakan adalah sebuah media yang terdiri dari fase padat dan cairan. Dalam nutrisi, media kaldu dilarutkan dalam air dan pertumbuhan bakteri diindikasikan dengan sebuah perubahan dari keadaan jernih menjadi keruh. Pengeruhan dalam kaldu dimaksudkan untuk penyimpangan cahaya dengan bakteri yang ada dalam media pemeliharaan. Pertumbuhan bakteri yang paling baik adalah 106 bakteri per mililiter dari kaldu yang dibutuhkan untuk pengeruhan sebagai deteksi dengan mata telanjang.
Media padat dibuat dengan menambahkan sebuah agen pemadat pada nutrusi dan air. Agarose merupakan agen pemadat yang sering digunakan untuk membuat media padat. Dengan kondisi-kondisi inkubasi yang sesuai, setiap sel bakteri menginokulasi pada permukaan media agar.
F. Kerangka Berfikir Teoritis
Dari proses awal pembuatan, pengepakan hingga penyimpanan pada media bakteri sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan bakteri. Tumbuh atau tidaknya koloni bakteri pada media dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti banyak sedikitnya kandungan kadar nutrisi dan cocok tidaknya tempat tumbuhnya koloni pada media. Oleh karena itu didalam pembuatan media bakteri dari awal sampai akhir penyimpanan perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan metode serta prosedur pembuatan yang benar dan tepat.
Begitu juga halnya pada pemilihan media yang akan digunakan sebagai media penanam bakteri harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, selain itu harus disesuaikan juga dengan takaran yang tepat. Bakteri yang digunakan dalam proses ini bermacam-macam, misalnya bakteri Salmonella spf, E.coli, Enterobacter sakazakii dan bakteri lain yang ada disekitar lingkungan.
Pembuatan media bakteri biasanya dibuat jika ada pesanan atau job untuk pengidentifikasian suatu bakteri di laboratorium media dan identifikasi bakteri yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi balai laboratorium kesehatan Yogyakarta. Teknik untuk pengambilan data dilakukan dengan praktik langsung di laboratorium. Selanjutnya hasil data yang diperoleh diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.







BAB III
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Lokasi PKL
1. Nama Laboratorium : Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
2. Alamat Laboratorium : Ngadinegaran MJ III/62 Yogyakarta 55143
Telp.378187/Fax. 381582
B. Desain PKL
1. Waktu PKL
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 2 minggu dari tanggal 14-28 Februari 2009.
2. Pelaksanaan PKL
Pada minggu pertama dilaksanakan observasi, pengenalan profil Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan praktik pengemasan media bakteri di Laboratorium Media. Pada minggu kedua melakukan praktik pembuatan, pengemasan, dan penyimpanan.
C. Objek dan Subjek PKL
Objek dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu berupa cara pembuatan beberapa jenis media untuk penanaman dan pengidentifikasian bakteri.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk membuat laporan PKL, metode yang digunakan antara lain :

1. Metode Observasi
Praktikan secara langsung mengamati proses pembuatan media untuk pengidentifikasian bakteri dan penanaman bakteri.
2. Metode Praktik Kerja
Praktikan mendapatkan pengetahuan dan dapat mengumpulkan data dengan cara melakukan kerja praktik di laboratorium. Kegiatan praktik yang dilakukan adalah membuat media di Laboratorium Media dan Laboratorium Mikrobiologi.
3. Metode Interview
Pada metode ini praktikan dalam mengumpulkan data dengan cara menyatakan secara langsung kepada tenaga ahli, laboran, dan atau karyawan.
4. Metode Literatur
Metode literatur ialah metode yang dilakukan sepanjang pelaksanaan PKL untuk memperoleh bahan atau data dari sumber tertulis sebagai dasar atau acuan teori dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan PKL, sebagai pembanding antara praktik kerja di lapangan dengan teori yang dipelajari. Referensi penulis yang didapatkan dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, buku petunjuk praktik di Laboratorium Media dan Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, perpustakaan Jurdik Kimia UNY dan media internet.
E. Instrumen PKL
Alat-alat yang digunakan dalam praktik di Laboratorium Media dan Mikrobiologi antara lain : tabung reaksi, labu durham, dispenset, cawan petri, kapas, gelas ukur, gelas beker, erlenmeyer, kertas saring, pipet ukur, pipet tetes, pengaduk magnet, neraca analitik, inkubator,, auto clave, waterbath, almari pendingin, auto laktiv, dan indikator auto clave.
BAB IV
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Dari hasil pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di laboratorium media dan mikrobiologi yang telah dilakukan oleh penulis, maka diperoleh data mengenai pembuatan beberapa media bakteri. Berikut ini beberapa cara pembuatan media bakteri antara lain :
A. Pembuatan Agar Darah (Blood Agar Base)
Pembuatan agar darah pada bagian media ini berfungsi untuk media pertumbuhan bakteri pemakan darah dan sebagai penanam bakteri.
1. Bahan :
a. Blood Agar Base
b. Akuades
c. Darah domba
2. Alat :
a. Auto clave
b. Oven
c. Pengaduk magnet
d. Dispenset
e. Timbangan analitik
f. Erlenmeyer
g. Auto lactiv

3. Cara Kerja :
a. Ditimbang 10 gram nutrien agar lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Dilarutkan dengan akuades sebanyak 250 mL kemudian ditutup.
c. Dimasukkan larutan ke dalam Auto clave pada suhu 121°C ± 15 menit.
d. Didinginkan pada suhu kamar.
e. Ditambahkan darah lalu menuangkan larutan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan.
f. Diberi label lalu menyimpan dalam lemari es.
4. Pembahasan :
Pembuatan agar darah memerlukan nutrien agar berupa Blood Agar Base. Sebanyak 10 gram Blood Agar Base ditambah akuades sebagai pelarut. Hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang 10 gram Blood Agar Base lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan menutup dengan kapas yang dilapisi alumunium foil supaya tidak terkontaminasi. Memasukkan campuran ke dalam Auto Clave untuk menyeterilkan larutan tersebut pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah disterilkan warna yang terbentuk adalah merah tua.
Media agar darah berfungsi untuk menumbuhkan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus citreus, dan Staphylococcus albus. Pada umumnya komposisi media ini terdiri dari nutrien substrat sebagai sumber energi atau nutrien bagi bakteri, natrium klorida sebagai pengatur kesetimbangan tekanan osmosis, dan agar sebagai bahan pemadat media.

Gambar 1. Media Agar darah

B. Pembuatan Lactose Broth (Single)
Pembuatan lactose broth ini berfungsi untuk mengidentifikasi pertumbuhan koloni bakteri, mengetahui ciri khas bakteri, dan sebagai media penanam bakteri.
1. Bahan :
a. 10 gram Lactose broth
b. 1 liter akuades
2. Alat :
a. Dispenset
b. Erlenmeyer
c. Tabung reaksi
d. Timbangan analitik
e. Kapas
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang 13 gram lactose broth lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Ditambahkan 1 liter akuades ke dalam erlenmeyer.
c. Dikocok tabung sampai homogen.
d. Dimasukkan 10 mL larutan dalam tabung reaksi yang telah diisi tabung durham.
e. Disimpan dalam lemari es.
4. Pembahasan :
Pembuatan Lactose Broth Single dibuat dengan kadar laktosa 10 gram. Pembuatan Lactose Broth sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu. Selain itu media ini digunakan sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform.
Komposisi media Lactose Broth terdiri dari 0,3% ekstrak beef, 0,5% pepton, dan 0,5% laktosa. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk metabolisme bakteri.

Gambar 2. Media lactose broth (single)

C. Pembuatan Lactose Broth (Triple)
Pembuatan lactose broth berfungsi untuk mengidentifikasi ciri khas bakteri dan sebagai media penaanam bakteri.
1. Bahan :
a. 29,25 gram lactose broth
b. Akuades
2. Alat :
a. Dispenset
b. Erlenmeyer 1 L
c. Tabung reaksi
d. Timbangan Analitik
e. Kapas
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang 29,25 gram lactose broth lalu memasukkan dalam erlenmeyer.
b. Ditambahkan 1 liter akuades ke dalam erlenmeyer.
c. Dikocok tabung sampai homogen.
d. Dimasukkan 10 mL larutan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi tabung durham.
e. Disimpan dalam lemari es.

4. Pembahasan :
Pembuatan Lactose Broth Triple tidak jauh berbeda dengan Lactose Broth Single. Sama halnya dengan Lactose Broth Single, media ini berfungsi untuk mendeteksi adanya bakteri koliform. Perbedaan antara keduanya adalah kadar laktosa yang digunakan sebanyak 29,25 gram setara dengan 30 gram.

Gambar 3. Media lactose broth (triple)

D. Pembuatan Gula-gula (Laktosa, Glukosa, dan Maltosa)
Pembuatan gula-gula berfungsi untuk mengidentifikasi ciri khas bakteri dan sebagai media penanaman bakteri.
1. Bahan :
a. Gula laktosa, glukosa, dan maltosa masing-masing 2 gram.
b. Akuades.
2. Alat :
a. Dispenset
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Timbangan analitik
d. Tabung reaksi
e. Kapas
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang laktosa,glukosa, dan maltosa sebanyak 2 gram lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Ditambahkan 250 mL akuades ke dalam erlenmeyer.
c. Dikocok tabung sampai homogen.
d. Dimasukkan larutan dalam tabung reaksi dan diikat menjadi satu dengan tabung reaksi lain lalu dibungkus dengan kertas dan diberi label untuk setiap gula tabung reaksi.
e. Dimasukkan ke dalam auto clave untuk sterilisasi.
4. Pembahasan :
Media gula-gula digunakan dalam tes biokimia khususnya untuk melihat fermentasi oleh bakteri. Komposisi media gula-gula terdiri dari air pepton sebagai sumber nutrisi dan energi bagi bakteri, NaCl sebagai sumber mineral, akuades sebagai pelarut, dan BTB sebagai indikator pertumbuhan bakteri.
E. Pembuatan Malonate Broth
Pembuatan media ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi ciri khas bakteri dan sebagai media penanaman bakteri.
1. Bahan :
a. Malonate Broth 2 gram.
b. Akuades.
2. Alat :
a. Dispenset
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Timbangan analitik
d. Tabung reaksi
e. Kapas
f. Kertas Auto Lactiv
g. Auto clave
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang Malonate Broth sebanyak 2 gram lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
b. Ditambahkan akuades hingga 250 mL.
c. Dikocok tabung dampai homogen.
d. Dimasukkan larutan dalam tabung reaksi.
e. Dimasukkan ke dalam auto clave untuk sterilisasi.
f. Disimpan hasil di lemari es.
4. Pembahasan :
Media malonat broth ini berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri, untuk mengidentifikasi dan mencari cirri khas bakteri. Komposisi secara umum dari media malonat broth adalah gula malonat dan akuades.

Gambar 4. Media Malonate Broth

F. Pembuatan MC (Mac Conkey)
Pembuatan media ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi ciri khas bakteri dan sebagai media penanaman bakteri.
1. Bahan :
a. Mac Conkey Agar Base 20,6 gram.
b. Akuades.
2. Alat :
a. Auto clave
b. Dispenset
c. Timbangan analitik
d. Tabung reaksi
e. Kapas
f. Erlenmeyer
g. Auto laktiv
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang serbuk Mac Conkey Agar Base sebanyak 20,6 gram.
b. Diencerkan dengan akuades dalam erlenmeyer 400 mL.
c. Ditutup dengan kapas dan memasukkan dalam water bath sampai homogen.
d. Setelah selesai sumbat kapas dilapisi dengan kertas samak diikat memakai rafia dan ditempeli indikator auto clave tape.
e. Disterilkan dalam auto clave pada suhu 121°C selama 15 menit.
f. Dikeluarkan dari auto clave dan diamati warna indikator auto clave tape, bila tidak berwarna hitam maka proses sterilisasi diulang.
g. Didinginkan pada suhu kamar.
h. Dituang dalam petridis secara aseptis dengan cara mulut tabung dilewatkan pada lampu spiritus.
i. Setiap petridis diberi label sebagai tanda atau keterangan.
j. Disimpan dalam lemari es.
4. Pembahasan :
Kegunaan Media Mac Conkey adalah untuk menumbuhkan bermacam-macam kuman khususnya untuk kuman gram negatif basil seperti Salmonella, Shigella, Hidrocolera, E.Coli. Komposisi media ini terdiri dari pepton sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri, laktosa sebagai sumber energi dan bahan karbohidrat, bile salt sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram positif (+), NaCl sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis pada media, neutral red sebagai indikator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat, dan agar sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroba atau bakteri.

Gambar 5. Media Mac Conkey
G. Pembuatan Garam NaCl Isotonis (0,8%-0,9%)
Pembuatan media ini berfungsi sebagai garam larutan standard dan sebagai pelarut dalam perendaman.
1. Bahan :
a. Garam NaCl isotonis 8,5 liter.
b. Akuades.
2. Alat :
a. Dispenset
b. Timbangan analitik
c. pH meter
d. pH steak
e. Erlenmeyer
3. Cara Kerja :
a. Diambil 8,5 liter garam NaCl isotonis lalu masukkan ke dalam labu erlenmeyer 4 liter.
b. Diencerkan dengan akuades hingga 4 L.
c. Diukur pH dengan pH meter sambil diaduk secara terus menerus.
d. Menghentikan pengadukan jika pH sudah menunjukkan pH 7.
e. Diukur pH larutan untuk pengecekan terakhir dengan pH steak dan dicocokkan pada label pH yang tersedia.
f. Disaring dengan kertas saring.
4. Pembahasan :
Fungsi dari media garam NaCl ini adalah untuk pembuatan larutan garam standar dan sebagai pelarut dalam perendaman. Larutan garam ini berwarna putih jernih. Komposisi secara umumnya adalah garam dan akuades. Larutan garam ini dibuat pada pH 7.
H. Pembuatan Nutrien Agar
Pembuatan media ini berfungsi sebagai media penanam bakteri dan untuk mengidentifikasi pertumbuhan koloni bakteri.
1. Bahan :
a. Nutrient Agar 28 gram dalam 1 liter
b. Akuades
2. Alat :
a. Dispenset
b. Magnetik Stirer
c. Timbangan analitik
d. Dispenset
e. Plat petri
f. Water bath
3. Cara Kerja :
a. Ditimbang 14 gram serbuk Nutrient Agar lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Diencerkan dengan akuades dalam erlenmeyer hingga 500 mL.
c. Ditutup erlenmeyer dengan kapas atau alumunium foil.
d. Larutan dipanaskan dengan menggunakan water bath sampai serbuk larut.
e. Larutan dituangkan ke dalam tabung reaksi.
f. Larutan dimasukkan dalam Auto clave pada suhu 121°C.
g. Larutan diangkat dan dimasukkan dalam tabung-tabung reaksi sebanyak 10 mL.
h. Didinginkan sambil dimiringkan.
4. Pembahasan :
Nutrien Agar adalah medium untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar . NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien agar adalah ekstrak beef, pepton, NaCl, air destilat, dan agar

Gambar 6. Media Nutrien Agar.
I. Pembuatan Agar TSA (Tryptone Soya Agar)
Pembuatan media ini berfungsi sebagai media penanam bakteri dan untuk mengidentifikasi ciri khas bakteri.
1. Bahan :
a. Media Tryptone Soya Agar
b. Akuades
2. Alat :
a. Auto clave
b. Timbangan analitik
c. Timbangan analitik
d. Dispenset
e. Erlenmeyer 500 mL
f. Water bath
g. Kapas
h. Tabung reaksi
i. Plat petri
j. Kertas auto laktiv
3. Cara Kerja :
a) Ditimbang serbuk TSA (Tryptone Soya Agar) sebanyak 20 gram.
b) Ditambahkan akuades ke dalam erlenmeyer sebanyak 500 mL.
c) Dimasukkan ke dalam water bath untuk dipanaskan.
d) Larutan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan menutupnya dengan kapas kemudian diberi label dengan auto clave tape.
e) Larutan dimasukkan ke dalam auto clave pada suhu 121°C selama 15 menit.
f) Setelah 15 menit, tabung dikeluarkan dan diamati warna indikatornya, bila warna menjadi tidak hitam proses sterilisasi diulangi lagi.
g) Disimpan dalam almari es atau pendingin.
4. Pembahasan :
Secara umum media ini diproduksi melalui pencemaran enzimatik kedelai dan kasein. Tryptone Soya Agar mendukung pertumbuhan bakteri semi teliti seperti Brucella, Corynebacterium, Listeria, Neisseria dan Vibrio. Komposisi dari Tryptone Soya Agar adalah 17 g tryptone dan 3 g soytone.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Menambah keterampilan dalam mengoperasikan instrument laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
2. Menambah wawasan tentang tatacara pembuatan media dengan baik dan benar
B. Saran
1. Untuk Balai Laboratorium
a. Penempatan mahasiswa PKL (magang) yang sesuai dengan bidang jurusannya sehingga benar-benar dapat mengerti dan sejalan dengan ilmu yang ditekuninya.
b. Peningkatan standarisasi peralatan yang digunakan pada uji dan identifikasi bakteri pada Laboratorium Mikrobiologi.
c. Peningkatan standar kualitas pembuatan media pada Laboratorium Media untuk jangka panjang.
2. Untuk Jurusan/Program Studi
a. Pengadaan pelatihan pra PKL.
b. Pertimbangan untuk penempatan alokasi KKN dengan PKL untuk dijadikan satu tempat.
c. Pengadaan jaringan dengan perusahaan/laboratorium lain sesuai dengan kontrak dan perjanjian kerjasama serta hubungan kemitraan.
3. Untuk Mahasiswa PKL (magang) dan karyawan
a. Semua pihak yang berkaitan dapat saling membantu sehingga dapat mengoptimalkan kinerja mahasiswa ataupun karyawan untuk mencapai tujuan dan visi misi balai laboratorium.
b. Kedisiplinan dan tanggung jawab karyawan lebih ditingkatkan.
c. Standarisasi dan kompetensi karyawan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab.
d. Peningkatan dan pemantauan kinerja untuk para mahasiswa PKL (magang) dan karyawan secara kontinu sebagai acuan dalam pengembangan dan peningkatan mutu laboratorium.













DAFTAR PUSTAKA
Alan, H. Varnam dan Sutherland, Jane P.(1984).Milk and Milk Products. Technology, Chemistry, and Microbiology.
Anonim.(2007).Profil Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.Yogyakarta : Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
Boyle, E.C dan B.B. Finlay. (2003).Bacterial Pathogenitas : exploithing celluler adherence. Cuur Opin Cell Biol Oct 15(5) : 633-9
Estuningsih, S.C. Kress, AA Hassan, O. Akineden, E. Schneider, and U.Esleber. (2006).Enterobactericeae in Dehydrated Powdered Infant Formula Manufactured in Indonesia and Malaysia. J Food Prot 69 (12): 3013-7
Gurtler J.B and L.R Beuchet.(2007).Growth of Enterobacter Sakazakii in Reconstituted Infant Formula as Affected by Composition and Temperature. J Food Prot 0 (9): 2095-103
Iversen, C.P. Druggan, S. Forsythe.(2004). A Selective Differensial Medium for Sakazakii, a Preliminary Study. Int.J.Food Prot.Nov 1 96 (2): 133-9
Lehner A and R Stephan.(2004).Microbiological, Epidemiological, and Food Safety Aspects of Enterobacter Sakazakii. J.Food Prot. Dec 67 (12): 2850-7
Mange et al.(2006). Adhesive Properties of Enterobacter Sakazakii to Human Epithelial and Brain Microvasculer Endhotelial Cells.
Sihnyoto,dkk. (2007). Sistem Pengendalian Mutu Laboratorium Mikrobiologi. Yogyakarta : Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
Soemarno. (2000). Isolasi dan Identifikasi Bakter Klinik. Yogyakarta: Akademi Analisis Kesehatan.
www.marlerblog.com/case-news/enterobacter-sakazakii-infections-associated-with-powdered-infant-formula/-40k.
www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5114a1.htm
www.fao.org/docrep/007/y5502e/y5502e07.htm-20k
www.efsan.fda.gov/~dms/inf-ltr3.html-12k





LAMPIRAN



Gambar 7. Alat BSC


Gambar 8. Alat Stomatcher


Gambar 9. Alat Inkubator

Gambar 10. Alat Microbiological Air Sample


Gambar 11. Mikroskop TB


Gambar 12. Alat Auto clave

daftar isi PKL

DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
ABSTRAK viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Pembatasan Masalah 2
D. Rumusan Masalah 2
E. Tujuan PKL 3
F. Manfaat PKL 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA 5
A. Profil Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta 5
B. Media 16
C. Fungsi Media 17
D. Klasifikasi Media 18
E. Jenis-Jenis Media 18
F. Kerangka Berfikir Teoritis 23
BAB III METODE PKL 29
A. Lokasi PKL 29
B. Desain PKL 29
C. Objek PKL 29
D. Metode Pengumpulan Data 29
E. Instrumen PKL 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A. Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta…13





























DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Media Agar darah…………………………………………… 31
Gambar 2. Media lactose broth (single)………………………….…….. 32
Gambar 3. Media lactose broth (triple)……………………………….... 34
Gambar 4. Media Malonate Broth…………………………………………… 37
Gambar 5. Media Mac Conkey…………………………………………. 39
Gambar 6. Media Nutrien Agar…………………………………………. 42
Gambar 7. Alat BSC…………………………………………………….. 48
Gambar8.Alat Stomatcher…………………………………………..….. 48
Gambar 9. Alat Inkubator……………………………………………….. 48
Gambar 10. Alat Microbiological Air Sample…………………………. 49
Gambar 11. Mikroskop TB……………………………………………… 49
Gambar 12. Alat Auto clave…………………………………………….. 49















ABSTRAK

Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam praktik kerja sesuai dengan ilmu kimia, mendapatkan wawasan dan keterampilan tentang tata cara dalam pengoperasian alat-alat instrumen laboratorium, pembuatan beberapa media bakteri.
Berdasarkan permasalahan di atas, dalam pengumpulan data digunakan berbagai metode observasi, metode praktik kerja, metode interview dan metode literatur. Metode observasi yaitu dengan cara pengamatan langsung proses pembuatan media bakteri, sedangkan metode praktik kerja yaitu dengan melakukan kerja praktik secara langsung kepada tenaga ahli, laboran dan karyawan. Sedangkan Metode literatur yaitu dengan membaca berbagai buku sebagai dasar atau acuan teori dalam melaksanakan dan membuat laporan PKL.
Di dalam praktik kerja di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, bidang yang telah diikuti adalah bidang media dan bidang mikrobiologi. Objek yang dilakukan berupa media : BP, MC, Gula glukosa, LB, NaCl, dan media lainnya. Masing-masing media mempunyai fungsi yang berbeda-beda meskipun fungsi utamanya sama yaitu untuk penanaman dan pertumbuhan bakteri, perbedaannya yaitu pada bakteri yang akan ditanam dan ditumbuhkan.

laporan PKL (halaman judul)

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
( PKL )


” PEMBUATAN MEDIA PENGIDENTIFIKASI BAKTERI ”

DI BALAI LABORATORIUM KESEHATAN YOGYAKARTA








Disusun Oleh :
Toyib Ghozali
( 06307144016 )







PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010

HALAMAN PENGESAHAN


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul :
“ Pembuatan Media Pengidentifikasi Bakteri
di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta”
telah dilaksanakan dan dinilai oleh Dosen Pembimbing PKL pada tanggal dan dinyatakan lulus.

Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapangan PKL :
1. Retno Arianingrum, M.Si , tanda tangan ………………………


2. Dra. Atika Ratna Dewi , tanda tangan ………………………


Yogyakarta, 27 Oktober 2010

Mengetahui,


Kepala Balai Laboratorium Ketua Prodi Kimia
Kesehatan Yogyakarta Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNY


Drg. H.M. Taufiq. A. K, M.Kes. Endang Dwi Siswani, M.T
NIP. 140 237 383 NIP. 131 656 348




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berjalan dengan lancar. Praktik Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta telah banyak memberikan wawasan dan pengetahuan di bidang pembuatan media bakteri dan pengidentifikasiannya serta komposisi yang terkandung di dalamnya yang sudah seharusnya dimiliki sesuai dengan kompetensi program studi kimia.
Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berlangsung setiap hari Jumat sampai dengan Sabtu yang dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan 28 Februari 2009 di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan PKL, baik pada saat persiapan, pelaksanaan kegiatan hingga penyusunan laporan ini, banyak pihak yang memberi kontribusi bagi penyempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Ibu Endang Dwi Siswani, M.T sebagai Ketua Program Studi Kimia, Koordinator PKL Program Studi Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Ibu Retno Arianingrum, M.Si sebagai Dosen Pembimbing PKL Universitas Negeri Yogyakarta.
6. Bapak Drh. H.M Taufiq. A.K,M.Kes sebagai Kepala Balai Laoratorium Kesehatan Yogyakarta.
7. Teman-teman sesama Peserta PKL (Kisdi, Dwek, Titin, Nurfit, Saska, Rica, dll) yang telah bekerjasama dalam melaksanakan PKL di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
8. Sayangku Lintan Setyanti Putri yang selalu menyemangati dan mendukungku
9. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, baik bantuan moril maupun materiil.

Oleh karena terbatasnya kemampuan, penulis menyadari bahwa laporan PKL ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan PKL ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan PKL ini dapat berguna serta memberikan manfaat bagi kita semua.


Yogyakarta,

Penulis

Kamis, 14 Januari 2010

Zeolit….

Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan mendidih, di dalam riset-riset kimiawan telah lama menjadi pusat perhatian. Setiap tahunnya, berbagai jurnal penelitian di seluruh dunia, selalu memuat pemanfaatan zeolit untuk berbagai aplikasi, terutama yang diarahkan pada aspek peningkatan efektivitas dan efisiensi proses industri dan pencemaran lingkungan.
Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Struktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral dan membentuk polihendra dan akhirnya membentuk unit struktur zeolit.
Berikut adalah beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya :
Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel
Analsim Na16(Al16Si32O96). 16H2O
Kabasit (Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O
Klipnoptolotit (Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O
Erionit (Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O
Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O
Heulandit Ca4(Al8Si28O72). 24H2O
Laumonit Ca(Al8Si16O48). 16H2O
Mordenit Na8(Al8Si40O96). 24H2O
Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O
Natrolit Na4(Al4Si6O20). 4H2O
Wairakit Ca(Al2Si4O12). 12H2O
Di Indonesia, jumlah zeolit sangat melimpah dan tersebar di berbagai daerah baik di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pemanfaatan zeolit Indonesia untuk penggunaan secara langsung belum dapat dilakukan, karena zeolit Indonesia banyak mengandung campuran (impurities) sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau memisahkannya dari kotoran-kotoran.
Sifat Unik Zeolit
Karena sifat fisika dan kimia dari zeolit yang unik, sehingga dalam dasawarsa ini, zeolit oleh para peneliti dijadikan sebagai mineral serba guna. Sifat-sifat unik tersebut meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion.
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20) apabila dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.

mengapa warna kobalt biru?

Kobalt merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Kobalt termasuk dalam golongan logam transisi.
Salah satu ciri umum logam transisi yaitu memiliki ion berwarna. Dan kobalt memiliki warna biru. Lalu, mengapa kobalt berwarna biru?
Asal mula munculnya warna pada ion logam transisi yaitu sebagai berikut :
Ketika sinar putih melewati larutan yang berisi salah satu dari ion tersebut, atau sinar putih tersebut direfleksikan oleh larutan tersebut, beberapa warna dari sinar dapat di absorpsi (diserap) oleh larutan tersebut. Warna yang dapat dilihat oleh mata kita adalah warna yang tertinggal (tidak di absorpsi). Pelekatan ligan pada ion logam merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yang diserap sebagai akibat dari perpindahan elektron di antara orbital d yang satu dengan yang lain.
Konfigurasi electron untuk Co adalah [Ar] 3d74s2 sedangkan untuk ion Co2+ adalah [Ar] 3d7. Dalam larutan air, ion yang paling sederhana dari kobalt (II) adalah ion oktahedral heksaaquokobalt(II) – [Co(H2O)6]2+ yang berwarna merah muda (pink). Tetapi ion tetrahedral kobalt(II) berwarna biru. Hal ini dapat terjadi karena reaksi dengan ligan misalnya Cl-.
Jika asam klorida pekat ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion heksaqauakobal(II), larutan berubah warna dari merah muda menjadi biru. Enam molekul air digantikan oleh empat ion klorida.
[Co(H2O)6]2+(aq) + 4 Cl-(aq) —-> [CoCl4]2-(aq) + 6 H2O(l)
pink biru
Hasil yang sama dapat diperoleh dari proses pelarutan kristal pink CoCl2.6H2O di dalam etanol absolut atau asetón. Dalam hal ini, pelarut berfungsi menarik ligan air. Pada kondisi keseimbangan yaitu tepat terjadinya perubahan warna, pergeseran keseimbangan warna sangat sensitif terhadap temperatur, yaitu biru pada pemanasan dan menjadi pink pada pendinginan (dengan es).
[Co(H2O)6]2+(aq) + 4 Cl-(aq) —-> [CoCl4]2-(aq) + 6 H2O(l)
pink biru

Aluminium Oksida

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimi Al2O3 atau yang biasa di sebut alumina. Sifat-sifat Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong, karena sifat kekerasannya. Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium terhadap perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium. Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya. Proses fabrikasi Secara alami, aluminium oksida terdapat dalam bentuk kristal corundum. Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium oksida, atau alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama. Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu melalui Proses Bayer:
Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas → 2NaAl(OH)4 Fe2O3
tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan
2Al(OH)3 + panas → Al2O3 + 3H2O Al2O3
yang terbentuk adalah alumina. Pada 1961, perusahaan General Electric mengembangkan Lucalox, alumina transparan yang digunakan dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja untuk 3M berhasil mengembangkan teknik untuk membuat alloy dari aluminium oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk memproduksi kaca yang kuat, yang disebut alumina transparan. Penggunaan Setiap tahunnya, 65 juta ton alumina digunakan, lebih dari 90%-nya digunakan dalam produksi logam aluminium. Aluminium hidroksida digunakan dalam pembuatan bahan kimia pengelolaan air seperti aluminium sulfat, polialuminium klorida, dan natrium aluminat. Berton-ton alumina juga digunakan dalam pembuatan zeolit, pelapisan pigmen titania dan pemadam api. Aluminium oksida memiliki kekerasan 9 dalam skala Mohr. Hal ini menyebabkannya banyak digunakan sebagai abrasif untuk menggantikan intan yang jauh lebih mahal. Beberapa jenis ampelas, dan pembersih CD/DVD juga menggunakan aluminium oksida.

Mengapa tidak semua logam dapat ditempa?

Ayo kita lihat jawabanya!!!!!!!!!! Jawabannya adalah pada bagaimana atom-atom logam tersebut tersusun dalam struktur padatannya. Dalam padatan logam, atom-atomnya tersusun terjejal. Dalam suatu bidang tertentu susunan terjejal adalah susunan dengan satu atom dikelilingi oleh 6 atom tetangga. Tetapi dalam ruang ada dua kemungkinan membuat susunan terjejal seperti terlihat pada gambar berikut. Kita lihat pada gambar paling kiri susunan terjejal tidak hanya nampak di satu bidang, tapi di keempat arah. Pada dua gambar paling kanan, sebaliknya susunan terjejal hanya pada satu bidang saja, yakni di bidang tegak lurus bidang gambar. Pada saat logam ditempa atau ditarik dijadikan kawat, bidang-bidang inilah yang bergerak.

APA YANG AKAN TERJADI JIKA BESI DIPANASKAN?

Besi merupakan unsur yang terdapat di alam dalam jumlah yang besar, terutama dalam bentuk oksidanya, di dalam tabel periodik besi diberi nama ferum (Fe) dengan massa atom relative (Mr) =56. Pada suhu yang tinggi besi akan mengalami oksidasi dan pembentukan kerak pada permukaan logam (terkorosi). Banyak orang beranggapan bahwa besi akan memuai (bertambah panjang) bila dipanaskan.
Tetapi fakta sebenarnya adalah besi akan mengalami penyusutan (memendek) bila dipanaskan (pada suhu tinggi)yaitu sekitar 500 K. Besi sensitif terhadap perubahan suhu, karena suhu dapat mengubah struktur kristal besi, dari 8 atom Fe yang mempunyai 2 kemungkinan membentuk kristal dengan unit sel berbentuk BCC dan FCC, dalam hal ini struktur besi berubah dari bentuk kristal BCC menjadi FCC, sehingga panjang besi berkurang. Hal ini tampak pada besi rel kereta api, dan besi-besi (tiang pancang) bangunan. Sebagai contoh, gedung yang habis terbakar, harus dirobohkan total. Mengapa besi (cor) dan tembok gedung tidak direhab saja? ini karena, besi dari gedung tersebut telah menyusut panjangnya, sehingga kaitan pada kerangka besi tidak sekuat seperti semula (sebelum gedung terbakar), bahkan kaitan kernagka tersebut dimungkinkan lepas, satu dengan yang lainnya.

metalurgi

Metalurgi merupakan iptek logam, pengolahan bijih, pemurnianm serta studi sifat logam maupun penggunaanya.
Pengolahan logam dari bijihnya
1. Pemekatan : Pemisahan dari batu-batu yang tidak di inginkan seperti dengan metode Flotasi
2. Ekstraksi : Melibatkan proses reduksi logam dari tingkat oksidasi positif menjadi logam bebas. Pada proses ekstraksi ini biasanya digunakan tiga metode yaitu sintering (pelengketan), calcining (kalsinasi), dan roasting (pemanggangan).
3. Pemurnian (refining)
Ada tiga jenis pemurnian yaitu:
• Pirometalurgi : Pemurnian yang melibatkan reaksi kimia dalam temperature tinggi (smelting/ peleburan). Batu pengotor dipisahkan dengan penambahan pereaksi flux untuk menghasilkan slag (terak/ampas).
• Elektrometalurgi : Proses umum yang menggunakan energy listrik dalam proses reduksi mineral/ pemurnian logam.
• Hidrometalurgi : Proses pemurnian yang melibatkan larutan air dalam ekstraki dan reduksi logam. Conto proses peluluhan (leaching).
Pemurnian (refining), bias dilakukan dengan beberapa cara diantanya:
a. Cara Elektrolitik, biasa dilakukan untuk pemurnian logam Tembaga (Cu),
b. Dengan mengoksidasi pengotor yang harus dipisahkan, bisanya dilakukan untuk pemurnian logam Besi (Fe),
c. Dengan Mendestilasi logam dengan titik didih rendah, bias dilakukan pada logam raksa (Hg), Zink (Zn), dan Nikel (Ni).
d. Zone Refining (Pemurnian zona), hasil yang diperoleh dari metode zone refining ini diperoleh kemurnian yang sangat tinggi. Pengotor lebih mudah larut dalam fase Cairan dari pada fase padatan.

KOROSI

Korosi merupakan proses redoks pada permukaan logam dan lingkungannya. Korosi atau pengkaratan adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi dengan lingkungan yang korosif. Penyelidikan tentang sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan beroksigen. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 . XH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi berlaku sebagai anode, dinama besi mengalami oksidasi.
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e E0 = + 0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi yang berlaku
sebagai katode, dimana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V
atau
O2(g) + HH+(aq) + 4e → 2H2O(l) E0 = + 1,23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . XH2O, yaitu karat besi. Maka reaksi yang terjadi :
Anode : 2Fe(s) → 2Fe2+(aq) + 4e E0 = + 0,44 V
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V +
Reaksi Sel : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Fe2+(aq) + 4OH-(aq) E0reaksi = 0,84 V
Ion Fe2+ tersebut kemudian mengalami oksidasi lebih lanjut dengan reaksi
4Fe2+(aq) + O2(g) + (4 + 2n) H2O → 2Fe2O3 . nH2O + 8H+(aq)
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan dan bagian mana
yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi besi memerlukan oksigen dan air.
Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Proses Korosi Logam
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Proses elektrokimia
melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodik dan reaksi katodik.
a.Reaksi Anodik (Oksidasi)
Reaksi Anodik terjadi di daerah anode. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada
proses korosi logam, yaitu :
M → Mn+ + ne
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :
Fe → Fe2+ + 2e
b.Reaksi Katodik (Reduksi)
Reaksi katodik terjadi di daerah katode. Reaksi katodik diindikasikan melalui penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.. Beberapa reaksi katodik yang terjadi selama proses korosi logam, yaitu :
Pelepasan gas hydrogen
2H+ + 2e → H2
Reduksi oksigen
O2 + 4H+ + 4e → 2H2O
O2 + 2H2O + 4e → 4OH-
Reduksi ion logam
Fe3+ + e → Fe2+
Pengendapan logam
3Na+ + 3e → 3Na
Reduksi ion hydrogen
O2 + 4H+ + 4e → 2H2O
Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
a.Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b.Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan
penyebab korosi yang utama.
c.Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
d.Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin
dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
e.Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.
Cara Mencegah Korosi
1)Dicat
Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2)Melumuri dengan oli atau minyak
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin oli atau minyak mencegah kontak besi dengan air
3)Dibalut dengan plastic
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan kerancang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi udara dan air.
4)Tin plating (pelapisan dengan timah)
Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electro plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak adanya kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang cacat, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat kolosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian timah mendorong korosi besi.
5)Galvanisasi (pelapisan dengan zink)
Pipa besi, tiang telepon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6)Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti zink, kromium juga dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7)Sacrificial protection (pengorbanan anode)
Magnesium adalah logam yang jauh labih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
Korosi Aluminium (Perlindungan Katodit)
Aluminium, juga zink dan kromium, merupakan logam yang lebih aktif daripada besi. Jika demikian, mengapa logam-logam ini lebih awet? Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al2O3). Akan tetapi, perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat pada permukaan logam, sehingga melindungi logam di bawahnya terhadap perkaratan berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisi, yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan memberi warna yang lebih terang.

Mercury /raksa

RAKSA
Sifat fisika :
Logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar
Logam murninya berwarna keperakan berupa cairan tak berbau, mengkilap
Sifat kimia :
Penghantar kalor yang kurang baik
2. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide;
3. Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid
Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat.
Penggunaan Merkuri
Barometer Air Raksa = Mengukur tekana udara
Thermometer Air Raksa = Mengukur suhu
Bola Lampu yang Mengandung Raksa (Flouresen)
Bola lampu fluoresen yang menggunakan uap air raksa dan fosfor, ketika dialiri listrik elemen ini saling bereaksi menimbulkan cahaya dengan hanya sedikit melepas panas
BAHAYA RAKSA
Kosmetik yang mengandung Merkuri
Infeksi dan iritasi pada kulit
Iritasi pada mata
Gangguan saluran pencernaan & ginjal